Tahun ini aku berusia 29th, sudah mendekati kepala 3. Aku seorang Ibu rumah tangga yang bekerja dengan seorang anak yang berusia 5tahun an. Dari luar mungkin tampak sempurna hidup kami . Kami berdua bekerja, rumah dan lainnya sudha mapan. Anak sehat dan semua tampak baik2 saja. Namun, berumah tangga itu harus ada kerja sama dan keseimbangan bukan. Tidak hanya memberatkan salah satu pihak saja . Harus ada timbal balik dari semua pihak , apakah timbal balik ku kurang? mungkin, akupun bertanya2 pada diriku, mana yang lebih dulu harus memberi dan diberi. Bukan hanya materi, bahagia mungkin terdengar klise sekali dengan materi, namun ada hal lain yang nyatanya lebih penting dari itu.
Jika ingin di maka kita harus me , jika ingin diperhatikan kita harus memperhatikan bukan? Namun siapa yang harus memulai di ? bagaimana bisa ada me jika di blm pernah terwujud satu sama lain. Mungkin terasa sepele dan biasa saja diawal, namun semakin lama, perlahan2 lubang kecil itu bertambah banyak dan menyatu menjadi satu lubang yang semakin besar. Dimana titik tengahnya dulu, aku pun tak bisa menemukannya.
Mungkin terdengar egois sebagai seorang perempuan yang minta dibantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Stigma lama yang menganggap itu semua tugas perempuan membuat rasa ketidak adilan muncul di hati. Jika kami membantu mencari nafkah yang notabene (katanya) itu tugas seorang kepala rumah tangga , bukannya wajar saja ingin dibantu juga untuk hal rumah tangga lainnya. Berusahalah, berusaha untuk sekuat diri menjaga diri untuk tidak jatuh. Kalau jatuh siapa lagi yang akan bergerak. Itu bagi kami , seorang Ibu dan Istri. Jika kami tumbang, maka berantakanlah semua proses yang ada didalam suatu rumah. Tidak bisa kah berusaha juga engkau untuk tetap kuat menopang diri dan keluarga. Mungkin para Wanita diciptakan lebih tahan banting karena ini semua imbalannya adalah surga. Aku, kami, para Ibu dan istri hanya bisa berusaha sabar agar tetap berdiri kokoh menopang segala beban yang ada . Jangankan memikirkan diri sendiri, melihat diri sendiri pun kadang mungkin tak sempat. Jika memang seperti ini yang harus kami lalui, kuatkanlah kami Ya Allah, para istri2 dan Ibu yang sedang berjuang demi mempertahankan indahnya kehidupan Rumah tangga.